Spasme otot yang sangat nyeri, yang berhubungan dengan gangguan fungsional & statis sumsum tulang belakang (sindrom serviks & lumbal); kejang otot yang menyakitkan pasca operasi, misalnya herniasi diskus intervertebralis atau OA panggul. Spastisitas akibat kelainan neurologis yaitu sklerosis multipel, mielopati kronik, kelainan degeneratif sumsum tulang belakang, cerebrovascular accident (CVA), cerebral palsy.
Spasme otot yang sangat nyeri Awal 2-4 mg 3 x/hr. Kasus berat: Dosis ekstra 2-4 mg dapat diberikan pada malam hari. Spastisitas akibat gangguan neurologis Dosis awal maks: 6 mg/hr dalam 3 dosis terbagi. Dpt ditingkatkan bertahap hingga 2-4 mg dg interval 1 mingguan. Maks: 36 mg/hr.
Hipersensitivitas. Penggunaan bersama dg penghambat CYP1A2 kuat seperti fluvoksamin atau siprofloksasin. Ggn fungsi hati berat. Hamil.
Hindari penghentian terapi secara mendadak. Merokok. Dpt mengganggu kemampuan mengemudi kendaraan atau menjalankan mesin. Pasien dg ggn fugnsi ginjal atau hati perlu penyesuaian dosis. Hamil atau ada kemungkinan hamil. Laktasi.
Pusing, ggn GI, mulut kering, kelelahan menyeluruh, mual. Dosis rendah: Mengantuk, penurunan TD, peningkatan enzim transaminase. Dosis tinggi: Hipotensi, bradikardi, kelemahan pada otot, insomnia, ggn tidur, halusinasi, hepatitis. Kebingungan mental; vertigo; sinkop; lemah; sindrom putus obat; ggn fungsi penglihatan; gagal hati.
Fluvoksamin, siprofloksasin, antiaritmia (seperti: amiodaron, meksiletin, prpafenon), simetidin, fluorokuinolon (enoksasin, pefloksasin, norfloksasin), rofekoksib, kontrasepsi oral, tiklopidin; obat yg dpt memperpanjang interval QT (sepereti: sisaprid, amitriptilin, azitromisin); antihipertensi, termasuk diuretik; rifampisin; alkohol; obat golongan hipnotik sedatif (seperti: benzodiazepin atau baklofen), antihistamin lainnya, agonis α-2 adrenergik (klonidin).
M03BX02 - tizanidine ; Belongs to the class of other centrally-acting muscle relaxants.